Derita di Atas Luka
Tak semanis senyumnya .
Tak seceria wajahnya
Dia balut luka dengan seyuman
Dia balut derita dengan keceriaan
Meskipun tak lagi duduk di singgasana
Meskipun tak ada lagi cinta yang mengiringnya
Ia coba bendung air matanya dengan kerasnya batu karang yang ada di jiwanya
Tak ia hiraukan meski hidup tanpa kasih sayang
Tak ia pedulikan meski tak ada yang menyayanginya
Ia teriak sekerasnya
Hanya untuk mengurangi penderitaannya
Ia bernyayi tapi bukan suara yang keluar
Hanya butiran air air suci yang menetes di pipnya
Tawa kecil terkekeh dari bibirnya
Tawa kecil dari hatinya untuk menghilangkan kesepiannya
Tapi tetap air matanya yang terus menetes
Dan menggerus tekadnya. . . .
Kini Tinggal Menunggu Semua Berakhir?.......